Jakarta, nasionalreview – PT Mustika Ratu Tbk bersama Yayasan Puteri Indonesia dan didukung oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) secara resmi mengumumkan acara Women Empowerment Conference (WEC) 2025 yang akan diselenggarakan pada 14 April 2025 di Ballroom Westin Hotel, Jakarta, melalui konferensi pers yang digelar di kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) pada Rabu, (9/4/2025).
Dengan mengangkat tema “Unlock Our Potential, Shaping the Future of Indonesia”, konferensi ini hadir sebagai panggilan untuk membuka potensi terbaik perempuan dari berbagai latar belakang dan mendorong kontribusi aktif mereka dalam membentuk masa depan bangsa yang lebih inklusif dan setara.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Dewan Pembina Yayasan Putri Indonesia, Putri Kus Wisnu Wardani, mengungkapkan,perempuan adalah pilar utama pembangunan bangsa. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antarsektor untuk menciptakan ruang yang lebih luas bagi perempuan agar dapat berkembang, memimpin, dan terlibat dalam pengambilan keputusan strategis.
“Yayasan Puteri Indonesia, sejak awal berdiri, memiliki misi yang kuat dalam membentuk perempuan yang tidak hanya cerdas dan berprestasi, tapi juga peduli terhadap lingkungan sosialnya. Lewat platform ini, kami ingin memperluas cakupan pengaruh dan kebermanfaatan dari semangat Puteri Indonesia kepada perempuan dari berbagai latar belakang,” ujar Putri.
Direktur PT Mustika Ratu Tbk, Kusuma Ida Anjani, menegaskan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang perusahaan dalam memajukan perempuan Indonesia, dengan melanjutkan semangat dan perjuangan Ibu BRA Mooryati Soedibyo sebagai tokoh perempuan yang menginspirasi, Mustika Ratu berkomitmen tidak hanya pada bisnis kecantikan, tetapi juga pada pemberdayaan perempuan. Salah satunya diwujudkan melalui peningkatan kapasitas perempuan melalui berbagai pelatihan keterampilan di berbagai daerah di Indonesia.
“Mustika Ratu percaya bahwa pemberdayaan perempuan merupakan kunci untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan. Melalui konferensi ini, kami hadir untuk membuka jalan, membuka pikiran, dan membuka potensi untuk perempuan Indonesia,“ ujar Kusuma Anjani.
Melati Tedja, sebagai representasi suara generasi muda, menyuarakan optimisme dan semangat keterlibatan perempuan muda dalam agenda pemberdayaan. Ia menyatakan bahwa generasinya ingin dilibatkan lebih jauh, bukan hanya sebagai penerima manfaat, tetapi sebagai aktor perubahan yang aktif.
“Pendidikan, budaya, dan kepercayaan diri adalah fondasi utama bagi perempuan muda agar dapat berdiri sejajar dan bergerak bersama dalam menciptakan masa depan yang lebih baik,” jelas Melati.
Sementara, Deputi kesetaraan Gender KemenPPPA, Amurwani Dwi Lestariningsih yang mewakili Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifatul Choiri Fauzi, menandaskan, kekerasan yang terjadi di perkotaan dan pedesaan karena faktor ekonomi.
“Sumber ekonomi yang jadi konflik dalam perebutan sumber daya. Kalau di kota, sumber daya di kota agak berbeda. Yaitu sumber daya perkotaan. Kalau di pedesaan sumber daya nelayan, petani. Jadi perebutan sumber daya yang mengakses ke ekonomi,” terangnya
Diuraikannya, isu perubahan iklim menjadi penting. Seperti di Jawa Timur. Dulu dataran sekarang sudah tenggelam jadi laut. “Lantas bagaimana melihat perempuan ketika perubahan ikim terjadi. Tentu dia akan kehilangan sumber ekonomi.”
“Kalau dia buruh tani, sekarang mana lahan yang akan digarap. Karena nggak ada lahan yang digarap dia akan migrasi. Mungkin ke daerah yang dia tidak kenal. Atau pindah ke perkotaan. Berarti dia akan adaptasi dengan sistem norma yang baru. Dia harus berebut dengan sunber ekonomi yang lain,” paparnya.
Amurwani Dwi Lestariningsih kembali mengutarakan, hal itu kembali ke soal skill. “Apakah dia punya skill yang dibutuhkan di perkotaan. Kalau skill dia tidak sesuai di perkotaan, akhirnya dia masuk sektor non formal yang dapat dijangkau oleh dia,” katanya.
Dia menegaskan, tantangan kedepan, bagaimana perempuan menyiapkan dirinya untuk bersaing dengan dirinya, sesama perempuan, para laki-laki.
Dan dengan skill yang terus meningkat, sambungnya, perempuan juga harus bersaing dengan AI yang mulai menggusur peran manusia.
“Kita harus menyiapkan leadership yang bagus. Kalau leadership bagus tidak akan digantikan oleh mesin. Kalau komunikasi kita bagus tidak digantikan oleh mesin. Itu yang harus dimiliki perempuan,” cetusnya.
Untuk diketahui, Women Empowerment Conference 2025 dirancang sebagai wadah strategis untuk mempertemukan berbagai pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, dunia usaha, organisasi masyarakat sipil, akademisi, hingga komunitas perempuan.
Forum ini akan menjadi ruang berbagi pengalaman, memperluas jejaring, serta merancang aksi nyata yang dapat diimplementasikan secara berkelanjutan.
Tidak hanya menghadirkan diskusi inspiratif dan panel lintas sektor, konferensi ini juga akan disertai dengan kegiatan sosial berupa donasi alat tulis dan buku untuk anak-anak perempuan yang membutuhkan pendampingan, serta dukungan terhadap gerakan literasi melalui donasi ratusan buku bagi Ruang Bersama Indonesia, sebuah inisiatif dari KemenPPPA.
Langkah ini sejalan dengan visi menyambut Indonesia Emas 2045, di mana investasi pada pendidikan dan pemberdayaan generasi muda perempuan menjadi bagian penting dalam memanfaatkan bonus demografi secara optimal.
WEC 2025 akan menjadi titik tolak bagi kolaborasi jangka panjang dalam memperjuangkan ruang yang adil dan bermakna serta mendorong lebih banyak perempuan Indonesia untuk tampil, tumbuh, dan turut menentukan arah bangsa. (Wan)